Gunungkidul terkenal dengan penghasil tanaman singkong dalam bahasa jawa “telo” dengan kualitas yang bagus. Rata – rata masyarakat Gunungkidul menanam singkong di ladang atau di kebun rumah mereka. Dengan banyaknya singkong yang dihasilkan dengan kualitas yang bagus, masyarakat mengolahnya menjadi hidangan dan camilan yang lezat. Salah satu camilan yang dihasilkan adalah Pathilo. Nama Pathilo diambil dari bahasa jawa yaitu pathi (sari) dan Telo (Singkong). Rasa gurih dan renyah pada pathilo menjadikan camilan ini cocok untuk teman minum teh atau pengganti krupuk sebagai pelengkap hidangan makan. Pathilo banyak digemari oleh masyarakat dan biasanya juga digunakan untuk oleh – oleh bagi pengunjung yang datang ke Gunungkidul.
Pathilo adalah jenis camilan / makanan ringan khas gunung kidul, daro olahan dari singkong yang tersedia melimpah di Jogjakarta khususnya Gunung Kidul. Pathilo diambil dari kata Pati yang berarti saripati atau ampas murni. Dan Thilo adalah ketela atau singkong yang mudah didapatkan di sana.
Bakpia, siapa lagi yang tidak kenal dengan jenis makanan khas Jogja satu ini. Ternyata Gunung Kidul juga memilki Bakpia sebagai salah satu makanan khas yang bisa didapat di sini. Bakpia juga sangat alami dan tradisional, karena terbuat dari kacang hijau dan tepung terigu saja. Meskipun hingga saat ini varian Bakpia menjadi lebih beragam dan kreatif. Sehingga Bakpia terus mengadakan perubahan dan pengembangan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk Gunung Kidul, jenis Bakpia yang mudah dicari adalah Bakpia Kacang Ijo yang memang sudah akrab di lidah siapapun. Mau wisata ke Jogja? Jangann lupa beli Bakpianya ya, karena bakpia pathuk dapat dijadikan oleh-oleh khas wonosari.
Itu tadi pembahasan mengenai makanan khas wonosari gunung kidul. Ada yang berupa camilan, makanan ringan, jajanan sampai kuliner khas gunung kidul yang masih alami. Dan mayoritas makanan tersebut diolah secara tradisional. Mengingat masyarakatnya yang mayoritas masih hidup tradisional. Bagi Anda orang kota, ayo jadikan cobain dong jajajan khas gunung kidul ini, agar menambah wawasan citarasa nusantra.
Bakpia Pathok merupakan oleh-oleh khas Gunungkidul yang terkenal. Bakpia ini berisi kacang hijau yang halus dan manis, dibungkus dengan kulit tipis yang lembut dan kenyal. Bakpia Pathok khas Gunungkidul memiliki rasa yang unik dan menjadi pilihan favorit sebagai oleh-oleh untuk keluarga dan teman.
Deskripsi Singkat:
Bakpia telah mendapatkan tempat sebagai makanan khas Yogyakarta karena berbagai macam proses yang tertaut di dalamnya. Makanan ini merupakan perpaduan antara cita rasa Tionghoa dengan lokal, yang awalnya menggunakan minyak babi bermetaforsis menjadi kue bulat tanpa minyak babi dan bisa diterima oleh semua kalangan. Kehadirannya pertama kali di Yogyakarta karena usaha untuk memberi “warna” lain dari jenis makanan kecil yang waktu itu tidak banyak variasinya dan kebanyakan berupa makanan tradisional daerah atau roti yang diakulturasi dari Belanda. Perpanduan tersebut menciptakan ruang bahwa akulturasi dan toleransi antara orang Tionghoa dan Jawa tidak hanya terwujud dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga dalam wujud makanan.
Resep bakpia awalnya dibawa oleh seorang Tionghoa yang berasal dari Wonogiri bernama Kwik Sun Kwok pada tahun 1940-an. Beliau menyewa tempat untuk usahanya milik Niti Gurnito di Kampung Suryowijayan, Mantrijeron Yogyakarta. Setelah Ksik Sun Kwok pindah kampong di sebelah Barat Kampung Suryowijayan, Niti Gurnito melanjutkan usaha pembuatan dan penjualan bakpia di lokasi lahannya. Dalam pengelolaan NIti Gurnito, usaha ini berkembang menjadi semakin besar dan menebus pasar hingga ke Prambanan, Sleman, dan Bantul. Produksi bakpia yang dikelola oleh Niti Gurnito saat itu lebih dikenal dengan sebutan bakpia Tamansari atau kemudian juga disebut sebagai Bakpia Niti Gurnito.
Selain Bakpia Tamansari, juga dikenal bakpia Patuk 75 milik Liem Bok Sing. Diceritakan pada saat itu, Liem Bok Sing adalah seorang perantauan dari negeri Tiongkok dan tinggal di daerah Dagen. Dia berjualan arang sebagai bahan bakar utama untuk memanggang bakpia. Bermula dari hubungan dagang ini , diperkirakan Kwik Sun Kwok memberikan informasi tentang proses pembuatan bakpia kepada Liem Bok Sing. Pada tahun 1948 , Liem Bok Sing merintis usaha pembuatan Bakpia dengan resep yang dikembangkan sendiri. Selanjutnya, pada tahun 1955keluarga Liem Bok Sing pindah rumah ke daerah Pathuk (Jl. Aipda KS Tubun No. 75) dan melanjutkan usaha pembuatan dan penjualan bakpia. Bakpia Pathuk sebagai nama bakpia yang dikelola oleh Liem Bok Sing mulai dikenal masyarakat Yogyakarta dan sekaligus membedakan Bakpia Tamansari yang dikelola oleh Niti Gurnito. Usaha pembuatan bakpia yang dikelola oleh Liem Bok Sing di Pathuk berkembang dengan pesatnya. Pathuk tumbuh sebagai industri bakpia. Beberapa warga pathuk juga ikut merintis usaha pembuatan bakpia. Dalam perkembangan selanjutnya, kampong Pathuk lebih dikenal sebagai wilayah usaha pembuatan bakpia dibandingkan Tamansari.
Bakpia tellah menjadi salah satu perpaduan kebudayaan yang relatif harmonis dan sekaligus memberikan contoh nyata tentang kebudayaan yang dinamis. Cita rasa Tionghoa telah terpadu secara harmonis dengan cita rasa lokal (Jawa) sebagai perwujudan konkrit toleransi dan akultusari antar budaya Tionghoa dan lokal (Yogyakarta). Sekat-sekat perbedaan semakin menjadi lentur karena proses “dialog” dengan lingkungan sekitar dan bahkan setelah beberapa dasawarsa kemudian sekat-sekat tersebut menjadi lebur.
Usaha untuk mempertautkan keberadaan bakpia dengan tradisi syukur yang pernah Berjaya pada masanya di kampung-kampung atau desa-desa di wilayah Yogyakarta merupakan usaha kreatif warga masyarakat dalam memberikan warna yang berbeda agar bakpia tidak hanya tertautkan dalam aspek ekonomi semata tetapi juga mengisyaratkan kandungan keharmonisan dan keseimbangan yang melekat dengan budaya Yogyakarta. Dengan demikian ketika disadari bahwa penjualan bakpia sangat tergantung dari sektor Pariwisata, maka usaha untuk mengupayakan kondisi harmonis dan jaminan rasa aman di wilayah Yogyakarta menjadi prasyarat utama dalam menunjang keberlanjutan sektor ini. Bakpia tidak sekedar dipahami sebagai salah satu jenis makanan khas Yogyakarta, tetapi banyak aspek kehidupan melekat di dalamnya.
- ‘Jangan’ merupakan bahasa Jawa yang berarti sayur, sedangkan lombok ijo berarti cabai keriting berwarna hijau. Jangan Lombok Ijo merupakan masakan berkuah atau sayur bersantan yang berbahan dasar potongan-potongan cabai hijau besar dan dipadukan dengan irisan cabai rawit, tempe atau tahu dan petai sebagai bahan pelengkap.Jangan Lombok ini merupakan makanan khas masyarakat Wonogiri sejak zaman nenek moyang.
mungkin masih terdengar aneh bagi anda yang berasal dari luar Pulau Jawa. Namun, bila melihat bentuk dari nama tersebut, Anda pasti mengucap huruf “Ooh”, seakan sudah tidak asing lagi ketika melihatnya.
Ya, sayur Jangan Tempe Lombok Ijo memang sudah akrab di lidah. Sayuran ini terbuat dari bahan tempe, cabai hijau, dan kacang panjang. Tak jarang pula bercampur petai.Semuanya dicampur dan diberi kuah santan.
Sayur sederhana ini diracik dengan bahan sederhana seperti tempe, labu siam, kacang panjang atau buncis. Umumnya tergantung dari stok sayuran di rumah. Atau yang ada di pekarangan.Bumbu bawang yang gurih dan cabe hijau jadi ciri khas sayur ndeso ini. Rasanya gurih sedap dan paling cocok dimakan dengan nasi hangat. Berikut ini resep selengkapnya.
Bahan-bahan:
4 sdm minyak sayur
2 lembar daun salam
2 cm lengkuas, memarkan
4 buah cabe merah besar, iris kasar
10 buah cabe rawit merah
750 ml santan sedang
1 buah labu siam, kupas, potong-potong
200 g tempe, potong-potong
1 sdt merica bubuk
1 sdm garam
Bumbu Halus:
5 butir bawang merah
3 siung bawang putih
3 butir kemiri
2 cm kunyit
Taburan:
Bawang merah goreng
Cara Memasak:
Panaskan minyak, tumis Bumbu Halus hingga harum dan matang.
Tambahkan daun salam, lengkuas, cabe hijau dan cabe rawit, aduk hingga layu.
Tuangi santan, aduk rata dan masak hingga mendidih.
Masukkan labu siam, tempe, merica dan garam.
Masak beberapa saat hingga bumbu meresap dan kuah agak menyusut.
Angkat, sajikan hangat dengan taburan bawang merah goring
Tips membuat jangan lombok khas Jawa:
Untuk cabe hijau bisa dipakai cabe hijau keriting yang lebih pedas. Gunakan 10-12 cabe hijau keriting untuk resep ini.
Kunyit dalam bumbu bisa tidak dipakai, karena beberapa daerah jangan lombok tak memakai kunyit.
Kuliner belalang goreng khas kawasan Gunungkidul tentu sudah tak lazim di telinga masyarakat Yogyakarta, hingga para wisatawan. Namun bagaimana dengan ungkrung goreng atau ulat goreng, alias ulat pohon jati.
Kuliner ekstrem yang satu ini berasal dari larva hewan ngengat atau Hyblaea purea. Hewan ini hanya muncul pada musim penghujan saja, ketika daun-daun jati sebagai makanan alami mereka mulai menghijau kembali.ada saat inilah masyarakat setempat ramai-ramai datang ke kebun jati untuk mengumpulkan larva dan pupa ngengat atau ungkrup ini.
Musim ulat jati pun berakhir ketika para larva ini selesai bermetamorfosis menjadi ngengat, hanya sekitar beberapa minggu sejak ledakan populasi dimulai.Karena kehadiran hewan ini musiman, maka cukup sulit mendapatkan kuliner ini saat bukan musim panennya. Tidak seperti belalang goreng yang banyak dijajakan di tepi jalan.
Memburu ulat goreng ukup sulit, hanya dapat ditemui di beberapa warung lesehan yang berada di kawasan Wonosari saja. Proses pengolahan ungkrung goreng ini cukup sederhana.Ulat dan kepompong yang baru diambil dari pohon akan dibersihkan bulunya dan dikukus untuk menghilangkan racun di kulitnya. Setelah matang, ulat bisa disimpan atau langsung digoreng dengan bumbu bacem, bumbu balado, dan berbagai bumbu lain untuk dimakan sebagai lauk atau camilan.
Meski bentuk kuliner ekstrem ini tidak seperti belalang goreng, namun masih memerlukan banyak keberanian untuk menyaptap kuliner ini dengan sepiring nasi hangat dan sambal. Begitu memasuki mulut, rasa renyah dari eksoskeleton si ulat terasa mendominasi.
Gunungkidul terkenal dengan penghasil tanaman singkong dalam bahasa jawa “telo” dengan kualitas yang bagus. Rata – rata masyarakat Gunungkidul menanam singkong di ladang atau di kebun rumah mereka. Dengan banyaknya singkong yang dihasilkan dengan kualitas yang bagus, masyarakat mengolahnya menjadi hidangan dan camilan yang lezat. Salah satu camilan yang dihasilkan adalah Pathilo. Nama Pathilo diambil dari bahasa jawa yaitu pathi (sari) dan Telo (Singkong). Rasa gurih dan renyah pada pathilo menjadikan camilan ini cocok untuk teman minum teh atau pengganti krupuk sebagai pelengkap hidangan makan. Pathilo banyak digemari oleh masyarakat dan biasanya juga digunakan untuk oleh – oleh bagi pengunjung yang datang ke Gunungkidul.
hanya dikenal memiliki banyak pantai pasir putih yang menawan, Gunungkidul juga disebut-sebut sebagai surganya kuliner. Beragam kuliner tradisional mulai dari gatot, tiwul, emplek, cenil, cemplon, belalang goreng, hingga thoplek peli, tumpah ruah di tanah kelahiran saya ini. Selain itu, ada salah satu makanan khas Gunungkidul yang begitu populer di seluruh wilayah Indonesia, apa lagi kalau bukan bakmi Jawa.
Ya, bakmi Jawa menjadi kuliner khas Gunungkidul yang mudah ditemui di berbagai daerah. Olahan mi yang dicampur suwiran ayam kampung ini konon pertama kali ditemukan di Desa Piyaman, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul.
Umumnya, para penjual bakmi Jawa khas Gunungkidul akan berjualan menggunakan gerobak yang diisi gulungan mi dan bahan lainnya. Uniknya, ayam-ayam yang sudah direbus akan digantung pating grandul secara terbalik. Selain itu, proses memasaknya juga masih menggunakan anglo (tungku tanah liat) dengan bahan bakar arang yang akan membuat cita rasa bakmi Jawa semakin mantap jiwa.
Nah, bagi Anda yang sedang berada di Gunungkidul dan ingin mencicipi sensasi rasa masakan khas Gunungkidul satu ini, berikut rekomendasi bakmi Jawa di Gunungkidul yang wajib dicicipi.
1 Bakmi Jawa Mbah Noto, Playen
Sebagai orang yang sering glidik Jogja-Wonosari, saya cukup sering mampir di warung Bakmi Jawa Mbah Noto. Lokasi warung makan legendaris satu ini cukup strategis, yakni di sebelah barat gapura selamat datang Wonosari, tepatnya di Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Gunungkidul.
Warung yang sudah ada sejak tahun 1975 ini sangat populer di Gunungkidul. Hampir setiap hari, bakmi Mbah Noto tampak selalu ramai pengunjung, terutama saat akhir pekan. Banyak sekali kendaraan dengan plat nomor luar daerah yang bertengger di area parkir.
Saya sendiri biasanya lebih sering memesan bakmi godhog (rebus). Soal rasa, tentu sudah tak diragukan lagi. Tekstur mi yang kenyal berpadu gurihnya bumbu kaldu serta taburan bawang goreng di atasnya, menciptakan sensasi rasa yang begitu gurih, lezat, dan istimewa!
#2 Bakmi Jawa Pak Man, Playen
Bakmi Jawa khas Gunungkidul yang wajib Anda cicipi selanjutnya, yakni Bakmi Jawa Pak Man. Warung yang berdiri pada tahun 2007 ini juga sering menjadi jujugan para wisatawan. Lokasinya cukup strategis, yakni di depan Kantor Kepala Desa Logandeng, tepatnya di Jalan Yogya-Wonosari, Desa Logandeng, Kecamatan Playen, Gunungkidul.
Ukuran warung makan milik Pak Man sendiri cukup luas dan bersih. Uniknya, ruangan di dalam warung ini terdapat sederet benda pusaka keris yang ditempel di dinding. Selain itu, di dinding tersebut juga tampak sejumlah hiasan, seperti partisoro (piagam untuk abdi dalem Keraton), foto Pak Man dan Pak Sri Sult
Selain bakmi godhog dan goreng, warung makan yang buka setiap hari mulai pukul 15.00 hingga tengah malam ini juga menyediakan menu enak lainnya. Beberapa menu pilihan mulai dari magelangan, capcay, nasi goreng, hingga nasi godhog, tersedia di sini. Untuk itu, bagi Anda yang sedang berada di Gunungkidul, sebaiknya mampir dan mencicipi bakmi yang memiliki cita rasa mewah dan bikin kemepyar ini.
#3 Bakmi Jawa Pak No Mak Penining, Semanu
Sesuai namanya, bakmi Jawa milik Pak No memang bikin mak penining, teges, dan kemepyar! Lokasinya yang tidak jauh dari rumah, hanya sekitar 1 kilometer, membuat saya sering mampir di warung bakmi super lezat ini. Mi yang kenyal dan suwiran ayam besar-besar berpadu dengan kaldu yang super kental, membuat cita rasa bakmi milik Pak No begitu istimewa!
Warung bakmi yang berada di Dusun Ngebrak Timur, Kecamatam Semanu, Gunungkidul, ini buka setiap sore pukul 17.00 hingga tengah malam. Sama seperti warung bakmi Jawa khas Gunungkidul pada umumnya, proses memasak bakmi masih menggunakan anglo dan bahan bakar arang. Konon, cara seperti ini bisa membuat panas mi lebih awet dan menciptakan sensasi rasa mi yang lezat.
Berburu kuliner saat ini menjadi hal wajib bagi wisatawan yang mendatangai sebuah daerah. Jika anda sedang berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, jangan lewatkan untuk mencoba belalang goreng.Rasanya yang gurih dan renyah, membuat banyak orang ketagihan dengan belalang goreng. Mungkin di daerah lain, belalang bukanlah hewan yang lazim untuk diolah menjadi sebuah makanan yang lezat.Tetapi bagi masyarakat Gunungkidul belalang telah lama dijadikan lauk makan. Belalang adalah hewan yang kaya akan protein. Sebagian besar orang yang pernah mencicipi belalang goreng mengatakan bahwa rasa belalang hampir mirip dengan rasa udang.
Belalang yang diolah adalah jenis belalang kayu. Belalang ini banyak hidup di dahan pohon jati dan semak yang banyak tumbuh di kawasan Gunungkidul. Panganan ini banyak ditemui di beberapa titik di Gunungkidul, terlebih di ruas jalan yang menuju obyek wisata.Sri Subaryanti, salah satu penjaja belalang goreng yang berjulan di ruas jalan Wonosari-Tepus menyatakan, ada dua pilihan rasa yang lazim ditawarkan untuk olahan belalang goreng ini. "Biasanya ada rasa gurih dan pedas manis,"
Bumbu yang digunakan untuk menggoreng belalang cukup sederhana, yakni bawang putih, tumbar, garam. Untuk rasa pedas manis ditambahkan cabai. Sebelum digoreng, belalang harus dibersihkan dari kotoran yang ada di dalam tubuh belalang.Setelah itu belalang digoreng hingga kering, kemudian dimasak bersama bumbu cabai untuk rasa belalang yang pedas manis. Seluruh bagian tubuh belalang bisa dinikmati, termasuk kepala dan kakinya."Biasanya belalang akan banyak pada musim penghujan. Di musim kemarau susah untuk cari belalang. Karena jumlahnya yang sedikit, pada musim kemarau, saya harus beli satu ekor belalang seharga seribu rupiah per ekornya dari para pencari belalang. Jika musim hujan 3 ekor belalang harganya hanya seribu rupiah," ungkapnya.
Sri Subaryati dan ratusan penjual belalang goreng lainya menjual panganan ini dalam kemasan toples dan dalam kemasan plastik. Di musim kemarau, satu topeles belalang dihargai Rp 30 ribu, jika musim hujan harganya Rp 20 ribu.Olahan belalang goreng ini bisa bertahan hingga satu bulan, sehingga cocok menjadi oleh-oleh jika sehabis berkunjung ke Gunungkidul. Selain nikmat dimakan begitu saja, belalang goreng juga nikmat dimakan bersama nasi putih hangat dan sambal.Bagi yang memiliki alergi terhadap makanan yang berprotein tinggi sebaiknya berhati-hati saat menikmati makanan yang satu ini. Karena tidak sedikit orang yang alergi setelah mengonsumsi belalang.
Jemblem, atau cemplon adalah sebuah makanan gorengan berwarna kecoklatan yang terbuat dari singkong berbentuk bulat sebesar telur ayam dan di dalamnya berisi gula merah. Jemblem merupakan salah satu kue jajan pasar yang banyak ditemui di pasar maupun di warung-warung daerah Jawa. Camilan ini sangat mudah ditemukan di daerah Madura dan Jawa Timur.[1] Jemblem dibuat dari adonan singkong basah yang diparut atau digiling halus lalu dibentuk bundar seperti telur ayam dan di dalamnya diisi gula merah, lalu digoreng dengan minyak yang banyak. Setelah berwarna kecoklatan lalu diangkat dan siap untuk di hidangkan.[2]
Camilan legendaris dengan isian gula merah ini juga terdapat di daerah Jawa Barat disebut dengan misro sedangkan di daerah Jawa Tengah disebut klenyem ada pula yg menyebutnya usel.[3] Makanan ini biasanya dikonsumsi bersama kopi atau teh di saat pagi hari sebagai menu sarapan.
Gatot (gathot) adalah penganan kukus, dibuat dari gaplek yang disayat kecil-kecil memanjang kemudian direbus dan dicampur dengan gula, dimakan dengan parutan kelapa.[1]
Gatot biasanya dimakan dengan sayuran sebagai pengganti nasi. Penganan ini menjadi makanan yang sangat favorit bagi masyarakat Gunungkidul karena rasanya yang manis, lezat, dan gurih.Dalam Sejarah Nya, Gatot sering disajikan dalam acara adat dan memiliki nilai budaya yang tinggi.
Kandungan
Gatot memiliki kandungan gizi yang sangat banyak yang tidak kalah dengan makan pokok lainnya seperti beras, tiwul, dan nasi jagung, kandungan asam amino atau protein dalam gatot lebih besar dibanding dengan bahan pembuatannya (kayu). Hal ini terjadi karena keberadaan jamur yang memproduksi protein dari bahan pati ubi kayu sehingga gatot merupakan suatu makan yang kaya akan gizi dan dapat di jadikan sebagai makan pokok penganti beras.
Salah satu makanan tradisional Kabupaten Gunungkidul yang wajib dicoba, yakni puli tempe. Puli Tempe memiliki tekstur yang unik dan memiliki perpaduan rasa gurih dan manis.
Rasa gurih dari puli dan manis dari tempe bacemnya. Puli tempe bisa dinikmati sebagai makanan penunda lapar.Puli tempe adalah salah satu kekayaan kuliner nusantara yang unik dan otentik. Puli tempe dapat dikatakan unik karena cara makannya yang langsung melahap 2 jenis makanan sekaligus, dan membuat cita rasa unik di mulut. Selain itu, puli tempe juga dapat dikatakan otentik karena menggunakan bahan dan bumbu khas Indonesia serta sudah diwarisi turun temurun dari dahulu.
Pada gigitan pertama, rasanya hambar. Saat dikunyah perlahan rasa gurih mulai memenuhi rongga mulut. Rasa gurih puli menyerupai bubur dan cenderung tipis.Setelah satu puli habis dikunyah, rasa gurihnya mulai kentara tetapi tidak sampai mengganggu. Aftertaste atau sisa rasa di rongga mulut perlahan hilang setelah kira-kira dua menit berselang
Teksturnya yang kenyal juga menambah nuansa berbeda dengan jajanan tradisional lainnya. Pengalaman mengunyah puli hampir seperti moci tetapi tidak begitu merekat di gigi.Pengalaman menikmati puli belum sempurna jika tidak disantap bersama tempe bacem. Sebab tekstur tempe yang lebih padat melengkapi tekstur puli yang kenyal saat dikunyah.Selain itu, perpaduan rasa manis yang tidak terlalu kuat dari tempe bacem melengkapi gurihnya puli. Manis dan gurih itu akan terpadu sempurna jika tempe bacem dan puli dikunyah hingga halus.
PULI TEMPE
NILAI GIZI PULI TEMPE
Protein
Produk keledai ini adalah sumber protein nabati yang sangat baik. Kandungan protein di dalamnya cukup tinggi sehingga membuatnya menjadi pilihan yang baik bagi kamu dan keluarga yang menjalani pola makan vegetarian atau vegan, serta bagi mereka yang ingin meningkatkan asupan protein tanpa mengonsumsi daging
Serat
Tempe kaya akan serat pangan karena membantu meningkatkan pencernaan dan menjaga kesehatan saluran pencernaan. Serat yang terkandung di dalamnya juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes.
Karbohidrat
Makanan ini juga mengandung karbohidrat kompleks yang memberikan energi bertahap dan menjaga kadar gula darah yang stabil. Karbohidrat dalam tempe sebagian besar berupa serat pangan, yang lebih lambat dicerna oleh tubuh.
Lemak
Tempe mengandung lemak tak jenuh yang sehat, seperti asam lemak omega-3 dan omega-6. Asam lemak tak jenuh ini bermanfaat untuk kesehatan jantung dan fungsi otak.
Sumber protein nabati berkualitas
Dalam 100 gramnya mengandung 19,05 gram protein. Menurut data kesehatan oleh US Department of Agriculture, tempe mengandung protein tinggi, yang penting untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh.
Tempe merupakan salah satu sumber protein nabati terbaik. Kandungan protein yang tinggi membantu memperbaiki dan membangun jaringan tubuh. Protein nabati di dalamnya juga memiliki semua asam amino esensial yang penting bagi tubuh.
Makanan tradisional gunungkidul yang pertama adalah sego tiwul atau nasi tiwul. Makanan khas ini memiliki bahan utama singkong, campuran kelapa, gula dan garam yang menjadi ikon kuliner di Gunungkidul. Sego tiwul ini biasanya ada yang rasa hanya gurih asin, dan ada yang gurih manis.
Gunungkidul dikenal sebagai daerah penghasil sinar matahari terbesar yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Makanya, nggak heran kalau hidangan-hidangan yang ada di Gunungkidul sebagian besar berbahan dasar singkong. Sego tiwul, dulunya menjadi sebuah makanan pengganti beras, yang dulu beras sempat menjadi bahan makanan yang sulit didapat. Tapi, sampai sekarang sego tiwul ini masih terus dilestarikan dan dinikmati oleh masyarakat sekitar maupun eksis di kalangan wisatawan.
TIWUL
NILAI GIZI TIWUL
Beras punya kandungan lain selain karbohidrat, seperti vitamin B1. Namun, makan beragam jenis pangan, bukan hanya satu macam makanan lebih baik bagi tubuh kita. Misalnya, tidak selalu makan nasi, tetapi bisa diganti dengan singkong atau jagung,” kata Kepala Program Studi Agribisnis Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Solo Kusnandar. Maka dari itu tiwul perlu dilengkapi dengan lauk-pauk dan sayur lain yang bergizi, yang bisa bersumber dari pangan lokal. Sayangnya, tiwul dan aneka pangan lokal lain yang bisa jadi alternatif pengganti beras seperti sagu dan jagung, seringkali dipersepsikan salah sebagai pangan orang yang kekurangan.