Kuliner belalang goreng khas kawasan Gunungkidul tentu sudah tak lazim di telinga masyarakat Yogyakarta, hingga para wisatawan. Namun bagaimana dengan ungkrung goreng atau ulat goreng, alias ulat pohon jati.
Kuliner ekstrem yang satu ini berasal dari larva hewan ngengat atau Hyblaea purea. Hewan ini hanya muncul pada musim penghujan saja, ketika daun-daun jati sebagai makanan alami mereka mulai menghijau kembali.ada saat inilah masyarakat setempat ramai-ramai datang ke kebun jati untuk mengumpulkan larva dan pupa ngengat atau ungkrup ini.
Musim ulat jati pun berakhir ketika para larva ini selesai bermetamorfosis menjadi ngengat, hanya sekitar beberapa minggu sejak ledakan populasi dimulai.Karena kehadiran hewan ini musiman, maka cukup sulit mendapatkan kuliner ini saat bukan musim panennya. Tidak seperti belalang goreng yang banyak dijajakan di tepi jalan.
Memburu ulat goreng ukup sulit, hanya dapat ditemui di beberapa warung lesehan yang berada di kawasan Wonosari saja. Proses pengolahan ungkrung goreng ini cukup sederhana.Ulat dan kepompong yang baru diambil dari pohon akan dibersihkan bulunya dan dikukus untuk menghilangkan racun di kulitnya. Setelah matang, ulat bisa disimpan atau langsung digoreng dengan bumbu bacem, bumbu balado, dan berbagai bumbu lain untuk dimakan sebagai lauk atau camilan.
Meski bentuk kuliner ekstrem ini tidak seperti belalang goreng, namun masih memerlukan banyak keberanian untuk menyaptap kuliner ini dengan sepiring nasi hangat dan sambal. Begitu memasuki mulut, rasa renyah dari eksoskeleton si ulat terasa mendominasi.
0 komentar:
Posting Komentar